Perjalanan musisi indie rock asal Bali, Astera, dalam merintis karier di industri musik Tanah Air tak lepas dari peran penting figur ayah di balik para personelnya. Band yang digawangi Rio (vokal), Dode (gitar lead), dan Chandra (drum, seq) ini telah aktif sejak Januari 2018 dan dikenal dengan genre pop alternatif.
Pengaruh Ayah dalam Perjalanan Musik Astera
Rio menceritakan bahwa kecintaannya pada musik berawal dari hobi yang diturunkan oleh ayahnya. Baginya, berkarya di dunia musik adalah keyakinan untuk membawa kebaikan dan harapan bagi para pendengar. “Terjun ke musik awalnya hobi yang temurun dari Ayah penikmat musik. Pada akhirnya, berkarya karena ada keyakinan bisa membawa kebaikan dan harapan, bermanfaat yang terpenting untuk para pendengar, entah itu menyembuhkan luka atau mengobati ‘issues’ para pendengar,” ujar Rio dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).
Chandra menambahkan, ayahnya berperan besar dalam memperkenalkan instrumen musik dan cara menikmati proses bermusik sejak dini. “Dari sejak lama udah dijejelin musik dan alat sama Papa. Sering diajak ke studio bareng, sampai akhirnya dibuatkan studio sendiri di rumah. Momen berkarya dimulai karena liat pada punya band dan bikin lagu sendiri, nyoba nyoba sampe nagih lah karena karya ini juga jadi sarana ekspresiku,” ungkap Chandra.
Inspirasi dan Harapan di Balik Karya Astera
Bagi personel Astera, musik diibaratkan seperti kopi di pagi hari yang dapat menjadi mood booster. Chandra mengaku karyanya seringkali terinspirasi dari musisi lain, bahkan pernah terinspirasi dari album greatest hits Michael Jackson. “Lagi dengerin album greatest hits-nya Michael Jackson, eh kepincut repetisi beat salah satu track malah jadi lagu Better Life,” ungkapnya.
Sementara itu, Rio mendapatkan inspirasi dari hal-hal yang lebih acak. “Toilet di pagi hari yang lantai nya basah, pada akhirnya aku masukin ke lirik salah satu lagu Astera judulnya Baby in Red,” katanya.
Melalui karya-karyanya, Rio berharap para pendengar dapat merasa tidak sendirian dan selalu percaya bahwa ada harapan yang terus diperjuangkan. “Mereka tidak sendirian, safe dan selalu percaya ada harapan yang mereka terus perjuangkan. (in a fun music way),” ucapnya.
Panggung sebagai Platform Pengembangan Diri
Dukungan keluarga dan berbagai inspirasi telah membentuk Astera menjadi musisi yang piawai dan berkarakter. Band ini mulai aktif tampil di berbagai panggung, termasuk platform yang memfasilitasi pengembangan musisi baru.
Rio mengapresiasi kehadiran platform tersebut yang memungkinkan musisi baru memperkenalkan karya dan persona unik mereka. “I think this is a good goooood movement buat para musisi baru memperlihatkan karya dan persona uniknya,” paparnya. Ia menambahkan, panggung tersebut menjadi wadah bagi seniman berkarya dan membuka peluang bagi karya musisi lokal untuk lebih dikenal. “(Panggung ini) menjadi canvas para seniman berkarya, dan mungkin bisa jadi chance untuk kedua belah pihak, karya musisi lokal lebih dikenal dan tentu program longlast juga untuk menggandrungi dunia hiburan salah satunya musik,” sambungnya.
Chandra menilai platform ini sangat baik untuk menunjukkan potensi musisi baru, serta menjadi sarana memulai, melestarikan, dan meregenerasi musik. “Karena bagaimanapun platform atau sarana online sudah semakin masif, musisi emerging tetaplah perlu wadah offline untuk memperkenalkan karya serta citra masing-masing mereka secara langsung, dan yang terpenting juga sih selama masing-masing pihak bisa secara mutualisme menjaga keberlangsungan programnya itu akan lebih baik,” ungkapnya.
Sejak tampil di panggung tersebut, Chandra merasakan penguatan koneksi antarmusisi dan komunitas. “Paling kerasanya adalah semakin tak terlihatnya boundaries antar masing-masing kolektif dan komunitas, yang pada akhirnya buat momen sharing semakin banyak. Ini penting sih untuk menyebarluaskan keberadaan band kita,” pungkasnya.
Perjalanan Astera menjadi bukti bahwa kreativitas dapat membuka jalan yang tidak terduga. Band ini merupakan salah satu emerging musician yang mengukir kisah di amild.id.






