Berita

Bupati Aceh Utara Keluhkan Minimnya Perhatian Pusat Pasca Banjir Bandang, DPR Beri Jaminan

Advertisement

Aceh Utara, 31 Desember 2025 – Bupati Aceh Utara, Ismail Jalil, menyuarakan keprihatinan mendalam terkait minimnya perhatian dari pemerintah pusat terhadap wilayahnya yang dilanda banjir bandang dan longsor. Dari total 27 kecamatan, 25 di antaranya dilaporkan terdampak parah.

Keluhan ini disampaikan Ismail dalam Rapat Koordinasi Satgas Pemulihan Pascabencana DPR yang dihadiri Kementerian Lembaga dan Kepala Daerah di Aceh, Selasa (30/12/2025). Ia menyoroti bahwa Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka belum pernah mengunjungi daerahnya, berbeda dengan wilayah lain yang juga terdampak bencana.

“Perlu saya sampaikan sedikit, izin Bapak Menteri dan kepada seluruh yang telah berhadir. Mungkin tadi sudah disampaikan, maaf, Bupati Tamiang dan Bupati Pidie Jaya. Mungkin di Aceh Utara selama ini, Pak Presiden selalu ke Tamiang dan ke Takengon, Aceh Tengah, dan juga hadir di Pidie Jaya, termasuk Pak Wakil Presiden,” ujar Ismail.

Ismail menjelaskan bahwa hampir seluruh wilayahnya lumpuh total akibat bencana, termasuk terputusnya jaringan komunikasi. Kondisi ini, menurutnya, menyebabkan bencana di Aceh Utara kurang mendapat sorotan publik.

“Tapi di Aceh Utara kayaknya, kayak mana saya rasa, apa nggak tahu ada banjir? Karena gini masalah, di Aceh Utara 27 kecamatan yang terdampak 25 kecamatan. Kami sinyal tidak ada, Telkom mati, makanya tidak viral. Mungkin viralnya di Bireuen karena putus jembatan. Mungkin viralnya di Tamiang karena kota,” tuturnya.

Ia menggambarkan keparahan situasi di lapangan, di mana banyak rumah dan sarana ibadah terseret arus banjir. “Tapi di Aceh Utara dari 27 kecamatan, 25 kecamatan terdampak dan sinyal HP mati. Kami bisa melihat saja bagaimana rumah hanyut, kemudian bagaimana sarana ibadah hanyut, kemudian manusianya hanyut dibawa arus,” imbuhnya.

Bahkan, Ismail mengaku sempat menangis saat meminta bantuan pesawat untuk mendistribusikan logistik ke daerah-daerah terisolasi. Ia menyaksikan warga terpaksa bertahan di atap rumah sambil melihat kampung mereka diluluhlantakkan.

Advertisement

“Kami hanya bisa melihat di atap-atap. Tapi kami tidak bisa memviralkan. Maka pejabat-pejabat dari pusat, mohon maaf. Saya pernah menangis-nangis minta pesawat untuk mengirim logistik kepada tempat-tempat yang terisolir,” ungkapnya.

Menurut Ismail, skala kerusakan di Aceh Utara bahkan lebih parah dari tsunami karena dampaknya meluas dari hulu hingga hilir, menciptakan muara-muara baru di wilayah pesisir. Ia menduga minimnya perhatian pusat disebabkan oleh terputusnya sinyal dan listrik yang menghambat penyebaran informasi.

“Tapi pusat kayaknya tutup mata, akibat kami tidak ada sinyal HP dan mati lampu, makanya tidak viral. Mungkin itu alasan tidak hadir,” katanya.

Menanggapi keluhan tersebut, Wakil Ketua DPR, Saan Mustopa, memberikan jaminan bahwa Aceh Utara tidak akan dibiarkan menghadapi bencana sendirian.

“Tentu tadi yang disampaikan, sebagai ungkapan isi hati, ini tentu akan mendapatkan nanti perhatian. Kita juga akan memfokuskan supaya Pak Bupati tidak merasa sendirian, makanya hari ini kita hadir diundang untuk coba bersama-sama untuk menangani persoalan-persoalan pasca bencana,” kata Saan.

“Jadi terima kasih Pak Bupati, Insyaallah nanti kita tangani secara bersama-sama,” tutupnya.

Advertisement