JendelaIndonesia.Id-Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, suku bangsa, ras, agama, adat istiadat dan bahasa. Selaras dengan semboyang “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Adat istiadat atau disebut dengan tradisi merupakan keyakinan turun temurun masyarakat tertentu yang memiliki keunikannya masing-masing. Tradisi tersebut masih ada dan terjaga dengan baik hingga saat ini. Berikut ragam tradisi unik masyarakat Indonesia.
- Ritual Tiwah (Kalimantan Tengah)
Kalimantan tengah memiliki tradisi unik yaitu melakukan ritual bagi seseorang yang sudah lama meninggal. Tradisi ini disebut upacara Tiwah. Pada umumnya, ritual Tiwah dilakukan oleh masyarakat suku Dayak untuk mengantarkan tulang seseorang yang sudah lama meninggal ke sebuah rumah yang disebut Sandung. Ritual ini dilakukan dengan tujuan untuk meluruskan perjalanan arwah menuju Surga atau Lewu Tatau, sekaligus melepaskan kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan.
- Tradisi Kebo-keboan (Banyuwangi, Jawa Timur)
Di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur terdapat sebuah upacara tradisi khusus untuk meminta kesuburan sawah dan hasil panen yang melimpah. Menurut sejarahnya, tradisi ini berawal dari wabah penyakit pagebluk yang disebabkan oleh kekuatan spiritual, bahkan akibatnya padi juga ikut terserang hama, sehingga banyak warga yang kelaparan dan akhirnya meninggal.
Baca Juga: Curug Leuwi Lieuk, Wisata Alam Sentul Bogor Yang Eksotis
Ritual ini diadakan setiap satu tahun sekali, tepatnya pada 10 Muharam yang mengharuskan beberapa orang untuk berpenampilan menyerupai kerbau. Kebo-keboan dan para peserta upacara akan mengelilingi Dusun setempat. Barisan peserta upacara terdiri dari sesepuh desa, tokoh masyarakat, perangkat dusun, pemain hadrah, pemain barong, dan warga dusun. Sementara itu, pada barisan paling depan Kebo-keboan didampingi oleh sesosok perempuan sebagai pelambangan dari Dewi Sri yang membawa benih padi. Namun, sebelum berkeliling ke sawah warga, peserta upacara tradisi ini akan menuju bendungan terlebih dahulu. Mereka akan menyaksikan bagaimana petugas penjaga pintu air membuka bendungan dan air dapat mengalir dengan baik menuju tanaman warga di sepanjang jalan dusun.
- Tradisi Dugderan (Semarang)
Kota Semarang memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan yaitu dengan menggelar Dugderan. Acara ini merupakan tradisi turun temurun yang masih dilestarikan hingga saat ini. Dugderan diambil dari suara bedug yang berbunyi ‘dug dug dug’ dan suara petasan ‘der der der’. Suara bedug dan petasan masing-masing dibunyikan sebanyak tiga kali sebagai penanda awal bulan Ramadhan. Hingga saat ini, tradisi Dugderan masih menjadi alat pemersatu antar warga Semarang. Banyak warga turun ke jalan pada saat perayaan untuk berbaur, tegur sapa, dan saling menghormati sesama tanpa memandang perbedaan. Salah satu ciri khas dari tradisi ini yaitu arak-arak warak ngendok. Warak ngendok adalah bintang rekaan yang bertubuh kambing, berkepala naga serta memiliki kulit sisik emas.
- Tradisi Gigi Runcing Suku Mentawai (Sumatera Barat)
Wanita suku Mentawai di Pulau Siberut, Sumatera Barat, memiliki tradisi kerik gigi atau meruncingkan gigi. Mereka beranggapan bahwa wanita yang cantik memiliki tiga kriteria yaitu telinga yang panjang, tubuh dihiasi tato, dan gigi yang runcing. Bagi mereka, gigi runcing menandakan kecantikan dan kedewasaan. Untuk memenuhi standar kecantikan ini, para wanita harus melewati proses kerik dan meruncingkan gigi dengan alat tradisional yang terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah.
Baca Juga: Nuansa Asri Pedesaan di Kampoeng Wisata Cinangneng
- Tradisi Seba (Banten, Jawa Barat)
Seba artinya persembahan berupa rangkaian upacara tradisi adat yang dilakukan setelah Kawalu dan Ngalaksa (melaksanakan puasa dan bersilaturahmi dengan membawa hasil panen). Ritual Seba diawali dengan dipilihnya perwakilan urang Kanekes oleh para ketua adat tertinggi. Perwakilan urang Kanekes akan turut serta dalam perjalanan dari wilayah Badui Dalam (Badui Tangtu, berpakaian dan berikat kepala putih) dan Badui Luar (Badui Panamping, berpakaian hitam dan berikat kepala biru) menuju Pendopo Kabupaten Lebak dan berakhir di Pendopo Provinsi Banten. Perjalanan Seba Badui dilakukan sejauh sekitar 80 kilometer yang ditempuh dengan berjalan kaki dan tanpa kendaraan. Tujuan dari upacara Seba ini ialah untuk menyampaikan amanat ketua adat, memberikan laporan mengenai keadaan desa, penyampaian harapan warga, dan penyerahan hasil panen kepada pemerintah.
Itulah beberapa tradisi unik masyarakat yang ada di Indonesia. Kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang wajib kita jaga dan lestarikan.
Penulis: Citra Chairunnisa
Sumber: Travel.wego.com & Idntimes.com
Artikel Terkait
BOGOR SKY GARDEN, PILIHAN WISATA GRATIS AWAL TAHUN
Wisata Alam Di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Museum Geologi, Bandung
Candi Gedong Songo, Semarang
5 Kerajinan Tangan yang Mendunia di Indonesia