Seorang dosen Universitas Islam Makassar (UIM) berinisial AS (50-an) mengakui tindakannya meludahi seorang kasir swalayan berinisial N (21) di Makassar, Sulawesi Selatan. AS mengaku emosi karena merasa dituduh menyerobot antrean.
Pengakuan Dosen UIM
AS menjelaskan bahwa ia pindah dari antrean yang berisi tujuh orang ke antrean lain yang sudah kosong. Menurutnya, saat itu ada lima kasir yang beroperasi dan tidak ada pelanggan lain yang menuju kasir yang ia pilih.
“Saya kan dituduh menyerobot antrean. Sebenarnya ndak, saya itu kan pindah dari antrean yang tujuh orang di situ ke antrean yang sudah kosong. Tidak benar itu saya menyerobot,” ujar Amal Said kepada detikSulsel, Sabtu (27/12/2025).
Ia menambahkan, staf swalayan mempertanyakan kepindahannya tersebut. Hal ini yang kemudian memicu emosinya.
“Tapi, itu yang mestinya kasih masuk barang, itu yang bilangi, ‘Kenapa kita tidak ikut antrean?’. Saya bilang, ‘Saya mau antre bagaimana?’. Kan kosong ini (meja kasir),” jelas Amal.
AS merasa tersinggung karena merasa dipersulit dan diperlakukan tidak sopan oleh kasir yang lebih muda. Ia bahkan menilai tindakannya meludahi kasir adalah hal yang manusiawi.
“Itu (sikap N) yang kasih emosi saya. Mulai di dadaku itu agak lain-lain (emosi). Karena disuruh begitu (bergeser ke kasir lain). Dalam hatiku, ini anak apa maunya saya dikasih begitu. Saya ini orang tua, sudah putih rambutku,” ungkapnya.
Kronologi Versi Kasir Swalayan
Peristiwa yang terekam CCTV ini terjadi di sebuah swalayan di Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar, Kecamatan Tamalanrea, pada Rabu (24/12/2025), sekitar pukul 11.30 Wita. Korban N menceritakan kronologi kejadian dari sudut pandangnya.
N mengatakan, saat ia sedang melayani konsumen, ia melihat AS tampak gelisah di depan antrean.
“Awalnya itu sementara transaksi (layani konsumen). Terus kulihat memang itu di depan itu bapak kayak gelisah mau masuk ini di antrean,” ucap N, dikutip detikSulsel.
AS yang awalnya berada di barisan belakang, tiba-tiba menerobos dua konsumen lain yang sedang mengantre. N kemudian menegur AS.
“Langsung saya tanya bilang, ‘Maaf, Pak. Ada antrean dari belakang, antre dari belakang ki dulu’. Dia langsung marah sambil na lempar itu keranjangnya. Dia bilang, ‘transaksikan saja anu-ku (belanjaanku)’,” katanya.
AS justru balik emosi dan menuding N tidak melakukan pelayanan dengan baik. N kemudian memilih mengalah, namun AS kembali berlaku kasar.
“Saya bilang, ‘karena ada antrean dari belakang, Pak. Tabe, jadi harus ki dulu mengantre’. Di situ belum selesai (saya) bicara, langsung diludahi,” bebernya.






